Pemerintah Aceh terletak di ujung barat laut pulau Sumatera.Wilayahnya seluas 55.390 km2 dengan jumlah penduduk 3.087.308 juta jiwa.Penduduk daerah yang beriklim tropis ini pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani, selebihnya pedagang, nelayan, pegawai dan buruh.Kini kehidupan perekonomian Aceh mulai bergerak kea rah perindustrian, dengan didirikannya pabrik gas alam (LNG), pabrik pupuk, pabrik kertas dan lain-lain. Pada bidang pariwisata, Aceh memiliki objek wisata yang cukup menarik, antara lain : Mesjid Raya Baiturraman yang pada awalnya merupakan Mesjid Kerajaan Aceh dan pernah dibakar Belanda di tahun 1873, Museum Negeri Banda Aceh dimana terdapat lonceng 'Cakra Donya', hadiah dari negeri Cina di trahun 1414, serta beberapa tempat menarik lainnya seperti Kerkkhoff, Taman Sari, Pantai Lhoknga, Lampuuk, pemandian air panas 'Simpang Balek', Danau Laut Tawar, Taman Nasional Gunung Louser, dan masih banyak lagi.
Daerah ini juga dikenal dengan julukan 'Serambi Mekah'.Sebutan ini didapat karena Aceh merupakan pintu gerbang masuknya agama Islam ke Nusantara.Menurut cerita yang beredar, Aceh pada zaman dahulu merupakan tempat singgah dari orang-orang yang hendak pergi dan pulang menunaikan ibadah naik Haji.Sampai saat sekarang ini, Aceh dikenal sebagai suatu tempat dengan syariaatIslam yang sangat kental.Ikatan kekeluargaan antar penduduk sangat erat, hal ini dikarenakan tiap gampong (desa) yang dipimpin oleh Keucik yang senantiasa didampingi oleh seorang pemimpin keagamaan (Teungku Imum) yang senantiasa memberi nasihat dan tutunan baik.Di setiap gampong terdapat Meunasah (madrasah), sebagai tempat beribadah, belajar mengajar serta sebagai tempat musyawarah.
Wajah budaya masyarakat Aceh digambarkan melalui anjungan Aceh di Taman Mini 'Indonesia Indah' dengan dua model rumah adat sebagai bangunan induknya. Salah satu bangunan tersebut merupakan bangunan bersejarah, dikarenakan bangunan tersebut merupakan rumah asli Cut Mutiah yang sengaja dipindah ke TMII dari tempat asalnya.rumah pahlawan wanita itu kini telah berusia 150 tahun lebih, tetapi masih nampak kokoh. Rumah dengan 16 tiang penyangga ini memiliki ukiran pada bagian dindingnya yang terbuat dari kayu.Hal unik yang dimiliki oleh rumah ini adalah pada bagian pintu masuknya yang terletak di lantai rumah dengan daun pintu mengarah ke dalam, sehingga menyulitkan orang untuk masuk ke dalam rumah jika tidak menggunakan tangga.Hal ini memang sengaja dengan tujuan keamanan. Pada dasarnya, rumah adat terbagi menjadi 3 ruangan, yaitu Seramo Keue (serambi depan), Jureu(ruang tengah), dan Seramo Likot (serambi belakang). Masing-masing ruangan tersebut memamerkan budaya adat Aceh dari 8 Kabupaten, jenis-jenis senjata, serta hasil kerajinan 'tempat duduk pengantin' dengan hiasan sulaman khas Aceh.Tempat tidur pengantin dengan 7 lapis seprei dan 7 tutup kelambu juga dapat ditemui disana.Pada bagian lain, foto-foto dokumentasi perjuangan rakyat Aceh, termasuk gambar para pahlawan dan musuh-musuhnya dapat disaksikan.Selain rumah adat tadi, ada dua bangunan lainnya, yaitu Kantor Anjungan dan sebuah bangunan model 'Meunasah' yang terletak di dekatnya.
Masyarakat Aceh termasuk bagian dari rumpun Bangsa Melayu. Propinsi Daerah Istimewa Aceh terletak pada posisi strategis pada jalur pelayaran internasional, sejak zaman dahulu kala sudah banyakpara pendatang yang berasal dari berbagai penjuru dunia, yang pada akhirnya menyebabkan percampuran darah antara ; India, Cina, Turki, Habsy, Persia, dan lain-lain. Hal ini juga yang menyebabkan persaingan ketat antara masing-masing penduduknya.Persaingan yang ketat tadi kemudian berkembang menjadi jati diri masyarakat Aceh yang gigih, rajin dan cenderung militan.Hal ini terbukti dengan kemampuan bertempur para penduduk Aceh saat melawan penjajah serta andilnya dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945.Sumbangsih masyarakat Aceh juga dirasakan oleh TMII, dengan disumbangkannya pesawat terbang jenis 'Dakota' dengan nomor R.I 001 'SEULAWAH' pada tahun 1948 yang diparkir di halaman Anjungan Aceh.
Pada sudut kiri anjungan, terdapat sebuah panggung terbuka yang luas sebagai tempat berbagai kesenian Aceh ditampilkan, khususnya pada hari Minggu dan hari-hari libur.Pada hari-hari itulah, para pendatang dapat menyaksikan aneka tari tradisional Aceh seperti tari Saman, dan Seudati yang sangat terkenal.Bahkan sesekali Anjungan inipun mendatangkan jenis kesenian langka, seperti Pe Em Toh.Masyarakat Aceh sendiri pada umumnya merupakan masyarakan yang menggemari kesenian, karena itu partisipasi masyarakat terhadap anjungan Aceh cukup besar, khususnya pada saat anjungan melangsungkan acara-acara adat yang melibatkan banyak orang.
Komentar
Posting Komentar